George Masih, salah seorang pelayan gereja, mengatakan bahwa saat kejadian dirinya tepat berada di lokasi kejadian untuk mendampingi para pekerja itu. Sembari melakukan hal itu, dia dan jemaat juga sedang berdoa di dalam gereja. Tapi sesaat kemudian, mereka mendengar teriakan dan melihat puluhan orang lengkap dengan kapak dan tongkat mendatangi gereja. Saat itulah mereka mulai panik dan jadi sasaran serangan massa tersebut.
Sementara pendeta gereja itu Cecil Daniel menyampaikan serangan itu dipicu oleh perselisihan pembangunan tembok gereja di atas lahan yang masih memicu perselisihan. Para massa menilai tembok gereja itu dibangun di atas tanah seorang penganut agama lain bernama Tufail Rao. Dia pun keberatan dengan tindakan gereja yang tanpa ijin mengambil tanah miliknya.
Sementara pendeta Daniel menegaskan sudah mendapat ijin resmi untuk membangun tembok gereja tersebut sejak tiga tahun yang lalu. “Para penyerang menyuruh kami berhenti membangun tembok karena tanah itu milik mereka. Tapi kami mengatakan kepada mereka bahwa itu milik gereja. Saat itulah mereka mulai menyerang kami. Para wanita mencoba untuk melerai tapi mereka justru dipukuli dan pakaian mereka dirobek,” ucap pendeta Daniel.
Akibat kejadian itu, lima orang jadi korban dan segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara kondisi gereja rusak berat, khususnya bagian tembok gereja.
Setelah kejadian, pihak gereja pun membuat laporan kepada pihak kepolisian dan segera melakukan penyelidikan untuk menangkap para pelaku penyerangan.
Untuk diketahui, konflik antara Kristen dan agama mayoritas di Pakistan memang semakin panas. Hal ini makin terbukti dari data statistik yang menunjukkan bahwa Pakistan adalah negara kelima terburuk yang rentan melakukan penganiayaan terhadap umat Kristen. Tak heran kalau pembangunan gereja di sana selalu mengundang penolakan dari warga setempat.
Sumber : Christiantoday.com/Jawaban.com